Selasa, 28 Agustus 2018

Wonderful Merbabu

Sumber: cnnindonesia

Gunung Merbabu adalah gunung tertinggi nomor 5 di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet, Gunung Sumbing, Gunung Lawu, dan Gunung Sindoro. Gunung Merbabu tergolong gunung yang tidak aktif dengan ketinggian 3142 mdpl, yang berada pada perbatasan antara Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Semarang. Terdapat 5 jalur pendakian yang resmi di Gunung Merbabu yaitu via Selo, Wekas, Suwanting, Cuntel, dan Thekelan.
Keindahan Gunung Merbabu selalu mengundang untuk kembali lagi menaklukan puncak Syarif, puncak Kenteng Songo, dan puncak Triangulasi. Dari puncak Gunung Merbabu kita dapat melihat gunung-gunung gagah di Jawa Tengah seperti Tripel S (Slamet, Sindoro, Sumbing) dan tidak lupa gunung tetangga yaitu Gunung Merapi. Selain dari puncaknya Gunung Merbabu mempunyai sisi lain keindahan yaitu dari padang rumput sabana yang sangat indah dan memanjakan mata kita tentunya selalu mengundang kembali untuk mengunjunginya.
Gunung Merbabu sekarang memang indah tetapi merbabu yang sekarang tidak seindah yang dulu. Apalagi kalau bukan sampah penyebabnya, setelah mendaki gunung sudah menjadi hal yang biasa bagi kebanyakan orang - orang tentunya konsumsi sampah di jalur pendakian semakin banyak pula. Kita sebagai pegiat alam setidaknya mengingatkan para pendaki yang awam yang memang hanya semata-mata untuk menikmati keindahan alam. Alangkah lebih baiknya jika kita bisa mengajak mereka untuk melakukan bersih gunung.
Memang banyak komunitas - komunitas yang sudah membantu melestarikan Gunung Merbabu dengan beragam cara yang mereka lakukan seperti bersih jalur, tanam pohon, memberi trashbag sampah kepada para pendaki, dan masih banyak lagi. Selain komunitas banyak pula OPA (Organisasi Pecinta Alam) di sekitar gunung merbabu yang ikut memiliki Gunung Merbabu.
 Dari segi flora dan fauna, Gunung Merbabu memiliki flora dan fauna yang cukup beragam. Untuk fauna yang paling terkenal di Gunung Merbabu tidak perlu ditanyakan lagi pasti para pendaki setuju memilih monyet. Untuk mengetahui lebih banyak flora dan fauna simak artikel berikutnya ya...

Oleh:
Rizal Irkhamnanto (Bobo)

Plastik Perusak !



Sampah plastik bukanlah hal yang tabu lagi untuk dibicarakan. Di Indonesia bahkan dunia sampah plastik ini sudah menjadi permasalahan yang cukup besar. Bagaimana tidak, semua hal dalam hidup kita sehari – hari tidak lepas dari pemakaian plastik. Bungkus makanan, kantong plastik, botol minum plastik, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari kita mengerti bahwasanya plastik itu adalah sampah yang paling sulit terurai. Tapi mengapa masih saja banyak yang membuang plastik sembarangan ?

   Di tanah, di laut, di sungai, di jalanan banyak sekali berserakan sampah plastik. Banyak makhluk yang dirugikan karena sampah plastik ini. Di laut, banyak hewan - hewan laut yang memakan sampah plastik dan akhirnya mati, biota - biota laut banyak yang mati karena pencemaran sampah plastik ini. Di sungai, menghambat aliran sungai dan salah satu penyebab banjir.  Bagaimana sih cara untuk mengurangi sampah plastik yang ada?
Kita bisa menanggulangi dengan cara :
1.    Membawa tas belanja untuk pengganti kantong plastik
2.    Membawa botol air minum untuk pengganti botol plastik kemasan
3.  Carilah alternatif barang plastik yang dapat anda andalkan atau produk yang biodegradable (produk yang memiliki kemampuan untuk terurai dengan aman dan relatif cepat).
Mungkin cara diatas dapat mengurangi sampah plastik di muka bumi ini. Jagalah selalu kelestarian bumi ini agar anak cucu kita dapat merasakan bumi yang lestari.
Di Jakarta sampah plastik telah mencapai 6.000 ton per harinya sedangkan di Pulau Bali sampah plastik yang berserakan malah semakin banyak, per harinya mencapai 10.000 ton lebih, di Palembang pun juga begitu yang mulanya sampah berkisar dengan rata - rata 700 ton perhari namun sekarang malah menjadi semakin banyak hingga 1.200 ton per harinya. Sampah plastik di Indonesia sudah sangat banyak sekali pencapaian rata - rata per harinya yaitu 175.000 ton/hari.
Dikutip dari http://lingkunganhidup.com, seiring dengan pesatnya pembangunan kota, populasi penduduk, dan masih banyak lagi, jumlah plastik juga akan meningkat, perlu antisipasi dan pengelolaan terkait dengan sampah plastik untuk mencegah kerusakan lingkungan hidup akibat sampah plastik.





Oleh: 
Shofi Arba'atu Azmi (Pace) & Devi Kartikasari (Dores)

Wisata Zaman Now dengan Caving

Salam Lestari..!            

              Caving (Susur Gua) adalah disiplin olahraga yang menuntut keahlian jelajah alam yang sangat tinggi dan tentunya butuh skill, fisik, dan adrenalin yang menantang.
            Para penggiat alam, mungkin lebih mengenal gunung dengan menariknya sebuah ketinggian yang dihiasi hijaunya hutan tropis dan padang rumput yang luas. Dan mungkin para petualang lebih mengenal indahnya pantai berpasir putih.
            Akan tetapi, meski tak sepopuler gunung dan pantai, caving sekarang telah menjadi wisata yang digandrungi para petualang zaman now. Karena caving memberikan panorama yang berbeda dan nilai tersendiri bagi yang menggiatinya. Entah itu nilai estetis atau nilai subyektif yang ada pada gua tersebut.
 Pola konsumsi masyarakat zaman sekarang pun atau yang disebut dengan masyarakat zaman now cenderung memilih leisure atau mencari pengalaman dengan petualangan yang dilakukan. Berwisata ke tempat yang memberi kesan dan pengalaman baru memang menjadi kebutuhan para kaum milenial. Karena pola konsumsi kaum milenial tidak seperti zaman dahulu yang menyusuri gua (caving) hanya sekedar untuk keperluan penelitian ataupun pemetaan.
Akan tetapi, konsumsi para kaum milenial sekarang selain menikmati gelapnya keabadian di dalam gua dengan hiasan stalaktit dan stalakmit yang menawan, mereka cenderung untuk melakukan penjelajahan hanya untuk mencari sensasi di media sosial dengan selfie atau untuk uji adrenalin mereka. Mereka berfikir bahwa dengan keberaniannya memasuki gua yang cukup menantang mungkin akan dinilai lebih keren atau pun lainnya yang ada di benak mereka.
Dengan caving, para petualang memang bisa menjadikan sasaran untuk pembuktian diri, terutama menguji fisik dan menaklukkan rasa takut yang ada pada diri sendiri. Karena susur gua tidak hanya di gua yang horisontal yang hanya berjalan maupun merangkak di kegelapan namun ketika sudah memasuki gua yang vertikal memang membutuhkan skill tersendiri yang belum tentu semua orang bisa dan mempunyai skill tersebut.
Menyusuri gua vertical, juga butuh fisik yang lebih karena untuk naik turunnya di gua cukup menguras tenaga. Apalagi jika untuk menaiki gua perlu melakukan panjat untuk sampai atas. Itu tentunya bakalan jadi kesan yang tak terlupakan bagi orang yang belum pernah memasuki gua.
Bagi yang ingin membuktikan bagaimana rasanya menyusuri gua, ingin menguji seberapa kuat fisik dan adrenalin anda, dan ingin mencobanya, silahkan menyusuri gaes, tapi ingat, ada standar operasional prosedur untuk memasuki gua, jadi sebaiknya sebelum melakukan penjelajahan belajar dulu kepada orang yang ahli dalam per-caving-an ya gaes.. ! 
Sekian, terima kasih.


Oleh: 
Sunarti (Pinus)
NTA: AT.160794.XXII.174.PA